Jumat, 18 Mei 2012

Efek Samping Obat Kimia

Sejak memasuki abad 20 ini, kita sering mendengar gerakan “back to nature !” Gerakkan ini dilakukan didasari karena kelemahan obat kimia itu sendiri yang bersifat kimia sintetis. Kelemahan yang paling utama dirasakan adalah efek samping obat kimia itu sendiri. Efek obat kimia itu sendiri bahkan sudah diketahui efek sampingnya dan terncantum dalam label atau brosur dan menjadi perhatian oleh dokter dan apoteker itu sendiri.
Secara logis efek samping obat kimia karena merupakan zat tunggal atau gabungan zat tunggal yang murni karena pengertian dari obat konvensional adalah obat kimia tertentu yang digunakan dalam proses pengobatan. Zat kimia murni tentu tidak cocok dengan tubuh yang kompleks regulasi reaksi-reaksi kimia tertentu. Obat yang murni ini cenderung memodifikasi reaksi-reaksi yang ada untuk mencapai tujuan pengobatan, tetapi sering terjadi modifikasi-modifikasi yang menyimpang atau berlebihan. Hal inilah yang menimbulkan efek samping.
Efek samping obat kimia jangka pendek tidaklah terlalu menakutkan karena dapat segera dikurangi atau dihindari, tetapi efek samping jangka panjang seperti kerusakkan ginjal, kerusakkan liver, lemah syahwat, dan berbagai tumor memang sangat menakutkan dan biasanya tidak reversible (tidak bisa balik). Begitu pula masalah efektifitas pengobatan modern telah dikembangkan dengan sarana penelitian yang luar biasa dengan lembaga-lembaga pendidikan yang maha besar dan termaju didunia dibanding bidang-bidang lain dan dilayani oleh orang-orang terpandai didunia. Bayangkan anak-anak kita hampir semua bercita-cita menjadi seorang dokter !” Tapi tidak sanggup mengatasi penyakit-penyakit sehari-hari seperti: Influenza, hipertensi, diabetes, hepatitis, colitis dll. Tetapi dengan bangga para peneliti guru besar dan dokter mengatakan “belum ditemukan obatnya. Belum diketahui penyebabnya. Kemudian ini yang sering membuat pasien kecewa dan tertegun, “Apakah tidak ada benar alternatif lain ?” Akhirnya pasien mulai berfikir “Bukankah Tuhan Menciptakan Manusia juga menyiapkan obatnya ?” Bukan kah Tuhan jauh lebih Bijaksana ?”

Demikan pula dengan mahalnya harga obat kimia. Hal ini terjadi karena 82% bahan baku obat dan sarana pendukung pembuat obat diperoleh dengan Import. Sementara pendapatan kita diperoleh dengan susah payah diperoleh dalam rupiah, kita harus membayar obat yang bernilai dollar. Akibatnya harga obat tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat kita. Untuk sementara ditanggulangi dengan subsidi yang diberikan melalui Puskesmas, dan Rumah sakit seta keringanan Pajak. Itupun masih banyak harga obat kita rasakan sangat mahal.
Kalau kita coba kembali pada kehebatan kekayaan alam bangsa ini terutama kekayaan alamnya dalam hal ini adalah Tanaman Obat, yang referensi jenisnya terkaya nomor 2 didunia setelah negara Brazil, maka perlu dikaji ulang pemanfaatannya yang sangat efektif dan relatif aman ini. Tanaman obat memiliki kelebihan tertentu dibanding obat modern. Tentu efek sampingnya yang sangat kecil. Secara formal berdasarkan pengujian toksisitas akut LD tanaman obat memang umumnya tidak toksik, tetapi karena perbedaan individual bisa jadi orang-orang tertentu alergi terhadap tanaman obat tertentu meskipun masih pada dosis aman. Selain itu toksisitas jangka panjang memang banyak yang masih belum jelas, oleh karena itu untuk tanaman obat yang tidak biasa digunakan sebagai makanan sebaiknya digunakan pada waktu sakit saja,sesudah sembuh dihentikan. Dari pengalaman belasan tahun, ternyata efek samping tanaman obat pada dosis normal memang tidak ada, kecuali pada orang-orang tertentu yang alergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar