Sabtu, 26 Mei 2012

Konsep Green Economics (Ekonomi Ramah Lingkungan)


GREEN economics adalah keniscayaan dalam proses pembangunan berorientasi kesejahteraan kini dan mendatang. Sistem ekonomi dunia nyata berdimensi kerja, human needs, material bumi, dan bagaimana mewujudkan kerja kolektif menciptakan harmoni.
          Dalam berbagai pemikiran yang berkembang, manifestasi green economics berpulang pada bagaimana mewujudkan nilai-nilai hidup harmoni. Khasnya dalam konteks hubungan manusia - alam - Tuhan secara multi dimensional. Di dalamnya peradaban manusia tumbuh dan berkembang. Arahnya jelas, yaitu pembangunan kualitas hidup manusia (di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi), karena terkait dengan keberlanjutan berbasis regenerasi secara personal, kemasyarakatan, dan ekosistem. Memadu-padan pembangunan sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam satu tarikan nafas.
          Menegaskan green economics sebagai ideologi pembangunan, selaras dengan era peradaban manusia yang memasuki masa postindustrial. Daniel Bell sejak lama mengingatkan, pada masa ini, manusia mesti kembali kepada pijakan jati dirinya. Nilai-nilai asasi yang bersumber dari peradabannya sendiri. Era, ketika teknologi berkembang dan menawarkan berbagai konvergensi, dan menempatkan kualitas ekonomi bertumpu kesejahteraan manusia. Karenanya, green economics terfokus pada pertemuan harmoni dan sinergis kepentingan kemanusiaan dan lingkungan (fisik dan sosial). Kearifan dalam menegaskan hakekat pembangunan berbasis sumber daya alam dan sumber daya manusia secara integral. Terutama, karena proses pembangunan dengan eksploitasi dan eksplorasi sumber daya alam yang berlangsung selama dua abad terakhir, telah menurunkan kualitas sumber daya alam dan orientasi materialis manusia.

          Efek yang ditimbulkannya antara lain: lost generation (kawung mabur carulukna), lenyapnya ukuran nilai hidup (gula leungiteun ganduan), kerusakan lingkungan (ciamis karih paitna, ciherang karih kiruhna), manipulasi dan kepalsuan (samak tingaleun pandanna), degradasi peran pencerah (kyai leungiteun aji), degradasi wibawa intelektual dan pemerintah (pandita ilang komara), karena terbakar oleh ambisi dan nafsu politik (kahuruan ku napsuna). Oleh karena itulah green economics dan green politics yang dikelola secara harmonis, akan merupakan kreativitas dalam menentukan alternatif positif di seluruh wilayah kehidupan dan seluruh sektor ekonomi. Apalagi, green economics merupakan kebijakan pembangunan ekonomi yang menjadikan kesejahteraan dan keberlangsungan hidup manusia sebagai prioritas. Sekaligus memadukan sektor publik dan sektor private secara integral.
Dalam konteks Indonesia, green economics dan green politics mesti berpijak pada konsolidasi demokrasi secara paripurna. Tidak lagi parsial. Kuncinya adalah kesadaran kolektif untuk bermufakat dan saling menyukseskan satu dengan lain. Bukan saling meruntuhkan. Dalam kearifan lokal bangsa ini, hal tersebut secara eksplisit dinyatakan dalam Meunyo ka mupakat, lampoih jeurat to peugala (Aceh), Wasimbataka babwerbrau bata baumda, arema babwatfo (Papua), Purpar pande dorpi jumadihon to rapotna (Batak). Pada musyawarah yang melahirkan mufakat, itulah akan diperoleh kondisi saling menguatkan antar seluruh potensi bangsa: Pada idi' pada ilo' sipatua sipatokong (Bugis), Fa'amate wozu li, fa'atua daromag, tasawo zinata mbawa namada, tebai tasawo zinata mbawada (Nias).
          Musyawarah dan mufakat melahirkan kehendak kolektif untuk menciptakan kondisi terbaik bagi keseluruhan upaya damai menyejahterakan rakyat. Sekaligus, menegaskan konsolidasi demokrasi sebagai cara mewujudkan stabilitas sosial untuk menyejahterakan rakyat, secara integratif. Erne ro'eng kaeng one ngonggeng, porom pucum neka kutut, naim neka tadu, ungkap masyarakat Manggarai - Nusa Tenggara Timur.
          Green economics dan green politics adalah dua sisi yang mesti bersinergi satu dengan lainnya, yang dalam falsafah Buton, disebut poangka-angkataka. Artinya, sebagai ideologi: green economics dan green politics, sudah pas dengan kultur peradaban Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar