Minggu, 10 Juni 2012

Tanaman obat dan Sejarah Masuknya Obat Modern di Indonesia


Tanaman Obat di Indonesia sudah cukup dikenal cukup lama yaitu sejak masa prasejarah sampai masa sejarah yang ditandai prasasti batu bertulis kerajaan Kutai Kertanegara pada abad ke 5, Kejayaan Sriwijaya, kejayaan Majapahit sampai dengan masa kesultanan Mataram dan dilanjutkan dnegan masa penjajahan oleh VOC. Penggunaan Tanaman Obat dizaman dulu oleh Nenek Moyang kita telah membawa kesejahteraan dan kejayaan selama berabad-abad yang ditandai dengan peninggalan sejarah seperti Borobudur, Prambanan, keraton-keraton dan sistem transportasi diselurh jawa dan pulau-pulau lain.

Namun pada abad ke 20 mulai Perubahan terjadi baru ketika itu berdiri Sekolah Dokter Jawa yang bernama STOVIA tahun 1904 di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. Sejak itulah putra bangsa ini mulai belajar tentang obat-obatan modern, yaitu obat-obatan barat yang dibuat dengan pendekatan kimiawi. Adopsi pengobatan modern kedalam sistem pengobatan masyarakat terjadi bukan karena permintaan masyarakat pribumi tetapi karena kebutuhan penduduk Belanda yang membutuhkan tenaga dokter. Padahal pada saat itu masyarakat pribumi telah memiliki sistem pengobatan sendiri yang dengan memanfaatkan tanaman obat, sama halnya dengan masyarakat Tiong Hoa setempat yang juga sudah memiliki metode  penyembuhan sendiri.
Pada saat itu putra pribumi yang terdidik sangat tertarik sekali dengan sesuatu yang bersifat modern, maka segala sesuatu yang modern cenderung diadopsi dan hal-hal yang bersifat tradisional cenderung ditinggalkan. Cara berpakaian  mulai berubah dari “surjan” cendrung kekemeja, setelan Jas, Tulisannya berubah dari hanacaraka menjadi huruf lain, tetapi lebih dari itu “bothekan, pipisan dan lumpang”  pun sudah mulai ditinggalkan dan beralih keobat-obatan modern. Semua resep-resep nenek moyang bangsa yang berasal dari tanaman obat dibuang dan diganti dengan nasehat dokter yang berkualitas medis tekhnis. Meskipun kita bersyukur nasi rawon, gudeg, pecel rendang, bajigur, wedang ronde tidak diganti sepenuhnya dengan hot-dog, pizza, dan coca-cola serta joghurt.
Adopsi dibidang obat modern sungguh tidak terbatas sehingga “bothekan” telah terbuang entah kemana. Motto Modern yang berkembang saat itu adalah : “Orang yang sudah makan sekolahan tidak pantas lagi untuk minum jamu”. Obat herbal yang berasal dari tanaman obat dianggap kuno, ketinggalan Jaman, berbahaya, tidak higienis. Akibatnya obat herbal ditinggalkan sedemikian jauh sampai hampir-hampir tidak dikenal lagi ! Terbukti banyak ibu-ibu sekarang sudah tidak kenal lagi dengan Sambiloto, Tempuyung, Pegagan, dll.
Namun Perhatian Besar sudah mulai berkembang pada dekade terakhir abad ke 20 yaitu semangat “back to nature” dari dunia barat merasuki pola fikir negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Pada perkembangan ini masyarakat mulai sadar bahwa obat modern yang pada umumnya obat kimia itu memiliki kelemahan-kelemahan yang signifikan sementara pada sisi lain terdapat kelebihan-kelebihan obat herbal yang di ramu secara tradisional oleh berbebagai jenis tanaman obat.

1 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus