Oleh
DR. Poempida Hidayatulloh (Penggagas Brown Energy)
Kontroversi
Blue Energy temuan dari Djoko Suprapto hampir saja menjadi titik kulminasi dari
isu bahan bakar dari air. Gagalnya seorang Djoko Suprapto untuk membuktikan
bahwa air bisa menjadi bahan bakar telah menciptakan ketidakpercayaan bagi
masyarakat Indonesia dan menjadikan isu tersebut merupakan mitos belaka.
Bahan
bakar dari air sebetulnya bukan merupakan sesuatu yang baru. Seorang
berkebangsaan Swiss, Isaac De Rivaz (1752-1828), di Tahun 1805 pernah merancang
dan membuat mesin pembakaran internal (internal combustion engine) dengan
menggunakan bahan bakar hydrogen yang didapat dari proses penguraian
(elektrolisa) air. Memang mesin tersebut tidak sempurna.
Namun
demikian, pada saat itu di mana bahan bakar fosil belum ditemukan merupakan
suatu lompatan teknologi yang luar biasa. Mulai dari sinilah evolusi mengenai
berbagai temuan tentang pemanfaatan air untuk menjadi bahan bakar berkembang
sampai pada penemuan Profesor Yull Brown dari Sydney, Australia, di tahun 1974.
Profesor Brown berhasil menemukan campuran sempurna gas hidrogen dan oksigen yang
didapatinya melalui suatu proses elektrolisa air (hidrolisa) yang tidak
membutuhkan energy listrik terlalu besar, bahkan menghasilkan daya ledakan
(explosivity) yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan dalam mesin bakar.
Profesor Brown kemudian menamakan campuran gas yang eksplosif tadi sebagai gas
Brown (Brown Gas).
Temuan
gas Brown ini dimanfaatkan lebih jauh kemudian di dekade 90an, oleh penemu dari
Ohio Amerika Serikat bernama Stanley Meyer. Meyer berhasil membuat mobil VW
buggy dengan menggunakan bahan bakar 100% dari air. Namun nasib penemu
cemerlang ini sangat mengenaskan karena Ia kemudian meninggal diracun pada
tanggal 21 Maret 1998. Kematian Meyer pun tidak terlepas dari kontroversi bahwa
banyak pihak yang tidak berkenan dengan temuannya tersebut, terutama para
raja-raja minyak. Dengan tewasnya Meyer, raib pula dokumen-dokumen penelitian
dari laboratorium di rumahnya, yang konon kabarnya dihancurkan oleh pihak-pihak
yang tidak berkenan tadi.
Namun
demikian, di dekade 90an juga, stasiun televisi Inggris BBC telah berhasil
meliput dan mendokumentasikan hasil penemuan Meyer dan menayangkannya dalam
program mereka EQUINOX dengan judul "It runs on water". Dengan
demikian walaupun dokumen ilmiah dari penelitian Meyer raib. Berdasarkan
dokumentasi BBC yang ada, dunia masih dapat melihat hasil temuan Meyer
tersebut.
Jika
menilik lebih lanjut mengenai isu bahan bakar air ini, maka seseorang akan
bertanya, mengapa suatu evolusi penemuan yang melewati proses selama hampir 2
abad, produknya tidak pernah muncul secara publik dan digunakan secara massal?
Sangatlah
sulit menjawab pertanyaan tersebut dengan memakai penjelasan sebanyak beberapa paragraf
saja. Hal ini dikarenakan kompleksitas dari keberadaan bahan bakar air itu
sendiri. Air dalam keadaan alami saja banyak sekali ragam fasanya. Yang jelas
Air secara alami dalam bentuk apa pun tidak dapat dibakar. Hidrogen atau gas
Brown yang didapat dari penguraian airlah yang sebetulnya dapat dimanfaatkan
menjadibahan bakar. Apalagi gas Brown merupakan campuran dari hidrogen yang
eksplosif dan oksigen yang sangat dibutuhkan dalam setiap proses pembakaran.
Jadi
sebetulnya terdapat dua proses untuk memanfaatkan air sebagai bahan bakar. Yang
pertama tentunya proses penguraian air menjadi gas Brown. Kemudian yang kedua
adalah pembakaran gas Brown itu sendiri yang menghasilkan energi. Selain dari
energi, hasil pembakaran gas Brown juga menghasilkan uap air dan tidak
memproduksi gas-gas polutan berbasis karbon.
Yang
selalu menjadi dilema adalah energi yang diperlukan untuk menjalankan proses
pertama dan energi yang dihasilkan oleh proses tahap kedua. Jika kemudian
energi yang dibutuhkan untuk menjalankan proses yang pertama lebih besar dari
yang dihasilkan di tahap kedua, maka sama sekali tidak terjadi energi tambahan.
Yang ada tentunya adalah energi yang dilang (energy loss). Jika, demikian tidak
ada maknanya menjalankan kedua proses tersebut.
Namun,
sangat dapat dibuktikan secara ilmiah bahwa gas Brown menghasilkan energi yang besar
dalam proses pembakarannya. Selain daripada dengan cara yang tepat energi yang dibutuhkan
adalah sangat kecil untuk memproduksi gas Brown dari penguraian air. Sampai
dewasa ini, berbagai perdebatan dan perbedaan pendapat masih tetap mewarnai
seputar eksploitasi gas Brown ini. Yang pro sangat yakin dengan manfaat dan
penggunaannya.
Sedangkan
yang kontra sangat menentang dan mengklaim bahwa pemakaian gas Brown ini hanya
untuk tipuan belaka. Yang jelas Stanley Meyer telah berhasil mengeksploitasi
gas Brown dari penguraian air untuk bisa menjalankan kendaraan VW buggy-nya. Bahkan
belakangan ini perusahaan dari Jepang bernama Genepax, memperkenalkan mobil
kecil ciptaannya yang berbahan bakar air, yang dapat dipacu dengan kecepatan
60-70 km/jam. Sungguh mengagumkan.
Dengan
harga minyak bumi yang tinggi dan ancaman krisis finansial global, energi akan
menjadi suatu sektor yang sangat penting dan sensitif. Sudah sepatutnya
pemerintah segera mengerahkan para cendekiawannya untuk melakukan penelitian
yang serius dengan energi alternatif, termasuk bahan bakar dari air. Pemerintah
seyogyanya tidak perlu traumatik dengan kasus Blue Energynya Djoko Suprapto.
Karena tidak setiap usaha itu akan selalu berhasil. Yang paling penting adalah
pantang menyerah dan tetap bertawakkal kepada Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar