Kamis, 19 April 2012

Kampung Hijau, Wujud nyata menyanyangi bumi ini

Kampung Hijau, begitu mendengar ini pasti kita akan terbawa pada satu pengertian bahwa kampung tersebut hijau, asri, teduh banyak pohonnya, ya memang demikian sedikit diantara ciri-ciri kampung hijau. Ada juga pengertian menurut pedoman adalah kampung yang melestarikan fungsi lingkungan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Namun sebenarnya lebih dari sekedar itu, kampung hijau adalah kampung yang memiliki budaya musyawarah, rembugan, tepa selira, yang menerapkan budaya lokal  ditengah pengaruh budaya global.
Kampung Hijau merupakan program pembangunan bidang lingkungan hidup yang dapat menciptakan lingkungan hijau yang sehat, dan untuk mewujudkannya seluruh harus sadar dan membiasakan budaya hidup bersih dan sehat. Dengan diciptakannya Kampung Hijau ini bertujuan agar masyarakat cinta dan nyaman tinggal di lingkungannya sendiri.

Implementasi kampung hijau ini di Indonesia telah dilaksanakan di berbagai daerah, diantaranya yang cukup dikenal dimasyarakat adalah Kampung Hijau Mampang Jakarta, kampung Hijau Banjarsari, Kampung Hijau Galur , Kampung Hijau Susukan Ciracas Jakarta Timur, Kampung Hijau Serut di Bantul Yogyakarta.
Untuk mewujudkan sebuah kampung hijau yang diinginkan jelas tidak mudah, kita bisa melihat bagaimana perjuangan seorang Rohmat Tobadiana dalam menghijaukan kampung .
“Kampung hijau itu berangkat dari tiga filosopi, yaitu: ekologi, sosial, dan ekonomi. Ekologi berkaitan dengan bagaimana masyarakat di dusun ini mengelola sumberdaya yang ada berdasarkan prinsip-prinsip keharmonisan dan rahmatan lil alamin. Artinya, didasarkan pada daya dukung lahan dan kondisi lingkungan. Singkatnya mungkin bisa disebut memperhatikan aspek lingkungan hidup. Kedua, sosial itu berkaitan dengan budaya dan masyarakat setempat. Ketiga, aspek ekonomi, ini berkaitan dengan dampak dari penerapan dua filosopi awal tadi. Artinya, pelaksanaan prinsip-prinsip ekologi dan sosial ternyata memiliki implikasi positif bagi perekonomian warga Dusun Serut. Sehingga, atas prinsip-prinsip itulah, kami menyebut Kampung Hijau, tidak ikut-ikutan dengan desa wisata.”
Lihat juga bisa melihat bagaimana perjuangan seorang Chefi Hanafi Lurah Galur Johar Baru, Warga dusun Banjarsari yang tetap semangat menghijaukan kampungnya.
Kini, Kampung-kampung Hijau tersebut tumbuh menjadi kampung yang banyak dilirik oleh wisatawan, ilmuan, dan mereka yang mau belajar pengelolaan sampah, koperasi tani, pertanian organik, dan berbagai kegiatan alternatif lainnya.
Hal ini juga menjadi daya tarik yang bisa dikunjungi rata-rata seratus orang dalam seminggu.  Sebuah pencapaian yang hebat bukan!
Untuk Kampung Serut sendiri sudah pernah menampung kurang lebih 10 negara yang magang pertanian organik di Kampung Hijau ini. Hingga diberikan penghargaan oleh Pemerintah dengan menjadikannya sebagai Pusat Pelatihan Pedesaan dan Pertanian Swadaya (P4S). Pengunjung yang mau berwisata atau mau belajar pertanian organik di Kampung Hijau Serut tidak di pungut biaya. Syaratnya, mereka harus tinggal di rumah penduduk, bergaul, bersosialisasi, makan, dan minum bersama. Wisman atau mereka yang magang akan disuguhi dengan berbagai menu organik. Untuk sarapan harganya Rp 5.000 dan untuk makan siang atau malam Rp 15.000.
Dengan melihat hal tersebut, tentu pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting dan penopang utama adanya kampung hijau ini.  Bagaimana bisa menghidupkan berbagai macam tanaman yang ada dalam pot-pot, tanaman hias diruang sempit kalau tidak masyarakat sendiri yang peduli. Karena apabila hanya bersifat sesaat, ketika ada  bantuan penghijauan dari bantuan, ketika bantuan selesai, maka selesai pulalah penghijauan dimaksud tanpa sedikitpun kepedulian dari masyarakat.
Karenanya kesinambungan antara berbagai pihak dalam terwujudkan kampung hijau ini mempunyai peran besar .
Baru-baru ini kita mungkin mendengar yang didengungkan oleh beberapa Pengusaha Pabrik di Tanggerang untuk mengatasi pencemaran udara dengan Program Kampung Hijau. Walaupun baru sebatas pada warga kurang mampu yang berdomisili sekitar pabrik seperti di Kecamatan Batuceper, Karawaci, Periuk, Jatiuwung, Cibodas, Benda, dan Kecamatan Neglasari, namun perlu di dukung program kampung hijau ini.
Semoga kita bisa berbuat yang terbaik untuk bumi tercinta ini.
Selamat Hari Bumi, Wujudkan nyata cintai bumi tercita ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar