Kampung Hijau, begitu mendengar ini pasti kita akan terbawa pada satu
pengertian bahwa kampung tersebut hijau, asri, teduh banyak pohonnya, ya memang
demikian sedikit diantara ciri-ciri kampung hijau. Ada juga pengertian
menurut pedoman adalah kampung yang melestarikan fungsi lingkungan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Namun
sebenarnya lebih dari sekedar itu, kampung hijau adalah kampung yang
memiliki budaya musyawarah, rembugan, tepa selira, yang menerapkan budaya
lokal ditengah pengaruh budaya global.
Kampung Hijau merupakan program pembangunan bidang lingkungan hidup yang
dapat menciptakan lingkungan hijau yang sehat, dan untuk mewujudkannya seluruh
harus sadar dan membiasakan budaya hidup bersih dan sehat. Dengan diciptakannya Kampung Hijau ini
bertujuan agar masyarakat cinta dan nyaman tinggal di lingkungannya sendiri.
Implementasi kampung hijau
ini di Indonesia telah dilaksanakan di berbagai daerah, diantaranya yang cukup
dikenal dimasyarakat adalah Kampung Hijau Mampang Jakarta, kampung Hijau
Banjarsari, Kampung Hijau Galur , Kampung Hijau Susukan Ciracas Jakarta Timur,
Kampung Hijau Serut di Bantul Yogyakarta.
Untuk mewujudkan sebuah kampung
hijau yang diinginkan jelas tidak mudah, kita bisa melihat bagaimana perjuangan
seorang Rohmat Tobadiana dalam menghijaukan kampung .
“Kampung hijau itu berangkat dari
tiga filosopi, yaitu: ekologi, sosial, dan ekonomi. Ekologi berkaitan dengan
bagaimana masyarakat di dusun ini mengelola sumberdaya yang ada berdasarkan
prinsip-prinsip keharmonisan dan rahmatan lil alamin. Artinya, didasarkan pada
daya dukung lahan dan kondisi lingkungan. Singkatnya mungkin bisa disebut
memperhatikan aspek lingkungan hidup. Kedua, sosial itu berkaitan dengan budaya
dan masyarakat setempat. Ketiga, aspek ekonomi, ini berkaitan dengan dampak
dari penerapan dua filosopi awal tadi. Artinya, pelaksanaan prinsip-prinsip
ekologi dan sosial ternyata memiliki implikasi positif bagi perekonomian warga
Dusun Serut. Sehingga, atas prinsip-prinsip itulah, kami menyebut Kampung
Hijau, tidak ikut-ikutan dengan desa wisata.”
Lihat juga bisa melihat bagaimana
perjuangan seorang Chefi Hanafi Lurah Galur Johar Baru, Warga dusun Banjarsari
yang tetap semangat menghijaukan kampungnya.
Kini, Kampung-kampung Hijau tersebut
tumbuh menjadi kampung yang banyak dilirik oleh wisatawan, ilmuan, dan mereka
yang mau belajar pengelolaan sampah, koperasi tani, pertanian organik, dan
berbagai kegiatan alternatif lainnya.
Hal ini juga menjadi daya tarik yang
bisa dikunjungi rata-rata seratus orang dalam seminggu. Sebuah
pencapaian yang hebat bukan!
Untuk Kampung Serut sendiri sudah
pernah menampung kurang lebih 10 negara yang magang pertanian organik di
Kampung Hijau ini. Hingga diberikan penghargaan oleh Pemerintah dengan
menjadikannya sebagai Pusat Pelatihan Pedesaan dan Pertanian Swadaya (P4S).
Pengunjung yang mau berwisata atau mau belajar pertanian organik di Kampung
Hijau Serut tidak di pungut biaya. Syaratnya, mereka harus tinggal di rumah
penduduk, bergaul, bersosialisasi, makan, dan minum bersama. Wisman atau mereka
yang magang akan disuguhi dengan berbagai menu organik. Untuk sarapan harganya
Rp 5.000 dan untuk makan siang atau malam Rp 15.000.
Dengan melihat hal tersebut, tentu
pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting dan penopang utama adanya kampung
hijau ini. Bagaimana bisa menghidupkan berbagai macam tanaman yang ada
dalam pot-pot, tanaman hias diruang sempit kalau tidak masyarakat sendiri yang
peduli. Karena apabila hanya bersifat sesaat, ketika ada bantuan
penghijauan dari bantuan, ketika bantuan selesai, maka selesai pulalah
penghijauan dimaksud tanpa sedikitpun kepedulian dari masyarakat.
Karenanya kesinambungan antara
berbagai pihak dalam terwujudkan kampung hijau ini mempunyai peran besar .
Baru-baru ini kita mungkin mendengar
yang didengungkan oleh beberapa Pengusaha Pabrik di Tanggerang untuk mengatasi
pencemaran udara dengan Program Kampung Hijau. Walaupun baru sebatas pada warga
kurang mampu yang berdomisili sekitar pabrik seperti di Kecamatan Batuceper,
Karawaci, Periuk, Jatiuwung, Cibodas, Benda, dan Kecamatan Neglasari, namun
perlu di dukung program kampung hijau ini.
Semoga kita bisa berbuat yang
terbaik untuk bumi tercinta ini.
Selamat Hari Bumi, Wujudkan nyata
cintai bumi tercita ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar