Jumat, 20 April 2012

Kesadaran Lingkungan di Sekolah

Sebagian siswa SLTP dan SMU yang menggemari petualangan melakukan kegiatan pendakian di berbagai gunung, kemudian menorehkan identitas mereka di pohon-pohon dengan menggunakan pisau, menyemprotkan cat (pilox) di bebatuan dan gua-gua; kemudian membawa pulang beberapa tangkai edelwise sebagai persembangan kepada teman-teman "dekat".
Sebagian lagi memodifikasi knalpot sepeda motor yang dikendarai sehingga terdengar raungan yang memekakkan telinga dan mengepulkan asap yang memedihkan mata.
Berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan semestinya dapat dikendalikan karena mereka telah memperoleh materi lingkungan, yang terintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi. Di jenjang sekolah dasar, materi lingkungan terintegrasikan ke dalam mata pelajaran IPA dan IPS; demikian juga di jenjang SLTP, materi lingkungan terintegrasi ke dalam mata pelajaran IPA-Biologi, IPA-Fisika, IPA-Geografl, dan IPS-Ekonomi; sedangkan di jenjang SMU, materi lingkungan terintegrasi ke dalam mata pelajaran Biologi dan Sosiologi.
Secara hakikat, hasil sebuah pembelajaran adalah adanya perubahan perilaku. Berbagai fakta menunjukkan, berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan masih mudah ditemukan. Dengan kata lain, kesadaran lingkungan siswa masih perlu ditingkatkan.
Kesadaran lingkungan memiliki makna kognitif dan afektif. Sadar lingkungan memiliki beberapa arti. Pertama, tahu dan mampu mengekspresikan dampak perilaku terhadap lingkungan. Kedua, tahu dan mampu mengekspresikan tentang berbagai penyelesaian. Ketiga, memahami perlunya langkah penelitian sebagai bekal pengambilan keputusan. Keempat, memahami pentingnya kerja sama dalam menyelesaikan masalah lingkungan.
Berdasarkan pengamatan, pendidikan lingkungan di berbagai jenjang masih bersifat ilmu pengetahuan (education about environment). Para siswa memperoleh berbagai informasi mengenai kerusakan lingkungan, tetapi tampaknya mereka belum mengetahui cara bertindak untuk menyelamatkan lingkungan sesuai dengan kapasitasnya. Pendidikan lingkungan belum mampu mendorong minat, motivasi, dan keterampilan untuk bertindak (education for environment).
Ketidaktahuan cara bertindak merupakan indikator rendahnya kesadaran lingkungan. Priyono (1996: 12) mengemukakan, awarennes of environmental issues means being environmentally knwoledgeable and understanding fhe informed actions required for finding the solutions to the issues.
Persoalan mendesak adalah bagaimana meningkatkan kesadaran siswa terhadap lingkungan. Secara teknik operasional, bagaimana cara mendorong siswa agar mereka memberikan respons terhadap berbagai informasi kerusakan lingkungan yang diterima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar