Jumat, 20 April 2012

Budaya Ramah Lingkungan Di Indonesia

Dalam konteks budaya dan adat istiadat di Indonesia, kearifan lingkungan yang dikemas dalam bentuk tradisi dapat ditemukan pada tradisi ”taruban” yang berkembang pada masyarakat Kampung Naga, Tasikmalaya. Masyarakat dilarang menebang pohon di Hutan Biuk. Jika terpaksa menebang, ia harus menempatkan kaki kirinya di Hutan Biuk, sedangkan kaki kanannya di sungai; sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. Petani Jawa mengenalnya ”bukgunung” untuk mengendalikan erosi; hal yang sama dilakukan oleh petani Sunda dengan istilah ngais gunung.

Pada masyarakat Bali, di samping dikenal subaknya, setiap pekarangan rumah Bali dipisahkan menjadi tiga mintakat, yaitu parahyangan, pawongan, dan palemahan. Pada mintakat parahyangan ditanam semua tanaman yang berbunga atau tanaman untuk sesaji atau sejenisnya lalu dibangun sebuah pura sebagai lambang hubungan antara manusia dan penciptanya. Pada mintakat pawongan ditanam berbagai jenis buah-buahan yang diperuntukkan bagi tamu dan tetangga sekitar, sedangkan mintakat palemahan digunakan untuk menempatkan kandang ternak, kolam ikan, maupun tanaman besar.
            Namun nyatanya tradisi yang pro lingkungan tersebut masih sedikit yang diketahui dan dipahami oleh generasi muda sebagai generasi estafet yang akan meneruskan keberlangsungan alam ini. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat sebagian siswa SLTP dan SMU yang menggemari petualangan melakukan kegiatan pendakian di gunung, kemudian menorehkan identitas mereka di pohon-pohon dengan menggunakan pisau, menyemprotkan pilox di bebatuan dan gua-gua; kemudian membawa pulang beberapa tangkai edelwise sebagai persembangan kepada teman-teman "dekat".
Sebagian lagi memodifikasi knalpot sepeda motor yang dikendarai sehingga terdengar raungan yang memekakkan telinga dan mengepulkan asap yang memedihkan mata. Padahal hakikat hasil dari sebuah pembelajaran dalam dunia pendidikan adalah adanya perubahan perilaku belum terlaksana dengan baik,berarti permasalahan bukan ada pada materi tapi metode. Artinya budaya pendidikan kita belum sepenuhnya berhasil melahirkan generasi yang peduli terhadap lingkungan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar